Memulai bisnis UMKM bisa dibilang gampang-gampang susah. Gampang karena bisa dilakukan dengan ide-ide yang sederhana, bisa dilakukan secara personal, modal dengan jumlah yang kecil, tidak membutuhkan tempat yang besar, serta tak perlu dengan perizianan seperti perusahaan besar atau bahkan bisa dijalankan tanpa perizinan. Namun, tak jarang pula ada begitu banyak kendala yang dihadapi. Ide untuk menjalankan usaha mungkin saja sudah sangat bagus, namun memulainya sangat susah. Atau bisa juga usaha yang sudah mulai berjalan terpaksa berhenti di tengah jalan karena sejumlah kendala.
Di antara berbagai tantangan yang dihadapi dalam memulai bisnis UMKM, beberapa yang paling mendasar dan dominan yang seringkali bisa menjadi kendala antara lain adalah masalah pembiayaan (kekurangan modal dan kesulitan akses mendapatkan pinjaman), sumber daya manusia, pengaturan waktu, dan masalah bagaimana produk UMKM tersebut bisa dikenal dan diminati masyarakat (customer).
Tantangan-tantangan ini, jika tidak di-manage dengan baik, bisa saja menjadi faktor yang menyebabkan gagalnya memulai suatu usaha ataupun mempertahankan dan mengembangkan usaha yang sudah dimulai. Namun, jika bisa di-manage dengan baik, hal tersebut bahkan bisa menjadi kesempatan dan potensi yang bisa dimanfaatkan agar usaha tersebut berjalan.
- Akes Pembiayaan
Tantangan klasik paling dominan dikemukakan orang dalam memulai atupun mengembangkan usaha UMKM adalah terbatasnya modal usaha serta kesulitan akses untuk mendapatkan permodalan. Hal ini memang tak bisa dipungkiri. Modal yang terbatas membuat pelaku UMKM tidak berani untuk menjangkau pemasaran secara luas, sehingga penjualan produk hanya bisa dilakukan dalam skala kecil.
Namun, tantangan tersebut sebenarnya tidak menjadi masalah lagi jika melihat banyaknya tawaran lembaga peminjam modal akhir-akhir ini, baik lembaga pemerintah maupun swasta. Saat ini sudah banyak bank maupun perusahaan non-bank yang menyediakan modal untuk UMKM yang ingin mengembangkan usahanya. Hanya saja, memang masih banyak UMKM yang enggan memanfaatkan fasilitas tersebut karena takut menghadapi risiko serta memenuhi sejumlah persyaratan.
Pemilik usaha mikro yang membutuhkan dana operasional atau awal mungkin tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman usaha kecil melalui bank mereka. Namun, banyak pemberi pinjaman usaha kecil online dapat memberikan modal kerja.
Alternatif lain termasuk opsi pinjaman UMKM seperti program Pinjaman Mikro SBA dan jalur kredit dari pemberi pinjaman nirlaba. Dalam rangka memulihkan perekonomian Indonesia karena pandemi Covid-19, pemerintah pun menggalakkan beberapa program termasuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah).
Dengan memanfaatkan berbagai sumber pendanaan tersebut, masalah kekurangan modal atau akses untuk mendapatkan pinjaman dalam memulai atau menjalankan UMKM seharusnya tidak menjadi momok lagi.
- Promosi Lemah, akses penjualan lebih sulit
Jika dibandingkan dengan usaha besar yang memiliki modal untuk kegiatan promosi serta jaringan yang luas dalam melakukan penjualan, UMKM dinilai kalah kompetitif. Kemampuan UMKM dalam mempromosikan produknya dinilai lemah. Apalagi, bisnis UMKM beroperasi dalam skala yang lebih kecil di setiap tingkatan, termasuk jangkauan dan cakupan basis pelanggan mereka. Hal ini menempatkannya pada posisi yang tidak menguntungkan.
Namun mindset seperti ini seharusnya dihilangkan dalam zaman kemajuan teknologi saat ini. Teknologi telah menawarkan begitu banyak kemudahaan dalam mempromosikan dan penjualan produk UMKM. Promosi dan penjualan produk UMKM bisa ditawarkan melalu berbagai aplikasi teknologi yang tersedia ataupun berbagai media sosial yang hampir sudah dipakai oleh semua lapisan msyarakat.
Dengan promosi dan pemasaran media sosial ataupuan berbagai aplikasi yang ada, UMKM tidak memerlukan anggaran pemasaran tingkat perusahaan untuk menyebarkan berita tentang usaha mereka. Sebagian besar alat pemasaran digital modern juga mudah dan intuitif untuk diterapkan.
Para UMKM tinggal memulainya dengan misalnya membuat akun bisnis khusus di setidaknya satu platform media sosial utama. Misalnya saja membuka akun di Facebook, Instagram, Twitter, Pinterest, YouTube, atau TikTok. Semunaya berbiaya sangat murah dan terjangkau.
Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan menemukan pelanggan melalui koneksi pribadi dan komunitas lokal. Pertimbangkan mengirim email (dari akun email bisnis terpisah) mengumumkan bisnis lewat buku alamat, memperbarui halaman media sosial, posting bisnis di media sosial pribadi adalah beberapa langkah mudah yang bisa dilakukan dalam memperkenalkan usaha atau produk UMKM.
- Masalah Sumber Daya Manusia
Kendati dalam berbagai defenisinya UMKM dijalankan oleh kurang dari 10 tenaga kerja, namun dalam prakteknya, banyak UMKM yang dilakukan seorang diri. Hal inilah yang menyebabkan adanya stigma pengelolaan sumberdaya manusia (SDM) dalam bisnis UMKM tidak begitu krusial.
Padahal, kualitas SDM UMKM merupakan hal yang penting karena dapat membantu UMKM meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja, serta memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan keuntungan. Dengan memiliki SDM yang terlatih dan berkualitas, UMKM akan lebih mampu bersaing di pasar dan mengembangkan bisnisnya dengan lebih baik.
Selain itu, meningkatkan SDM UMKM juga dapat membantu UMKM menjadi lebih inovatif dan adaptif terhadap perubahan pasar. Karyawan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi akan lebih mampu menangkap peluang baru dan mengembangkan produk atau layanan yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Karena itu, peningkatan SDM UMKM melalui berbagai macam kegiatan seperti pelatihan, mentorship, pendidikan, magang, dll perlu dilakukan.
